Dollar AS Tertekan Setelah Inflasi AS Meleset

Index dolar AS menurun ke range 91.80-an dalam perdagangan ini hari 10/3 susul launching data inflasi Amerika Serikat yang menyebalkan. Bermacam mata uang mayor lain tiba-tiba rebound, terutamanya GBP/USD yang naik seputar 0.2 % ke range 1.3910-an.

Inflasi AS Meleset Dolar AS Turut Selip

Laporan inflasi AS bulan Februari 2021 memperlihatkan peningkatan bulanan 0.4 %, sesuai dengan harapan pasar.

Peningkatan itu mengangkat pergerakan inflasi tahunan dari 1.4 % jadi 1.7 %, cuman sedikit kembali ke arah sasaran 1 % yang diharapkan oleh Federasi Reserve. Namun, acuan inflasi pokok yang lebih bernilai malah lemah.

Inflasi pokok cuman naik 0.1 % dibanding bulan Januari, meleset dari harapan kesepakatan yang sebesar 0.2 %. Kelesuan ini menyebabkan pergerakan inflasi pokok tahunan terpeleset dari 1.4 % jadi 1.3 %.

Data inflasi pokok tidak mempertimbangkan harga BBM dan bahan makanan yang paling volatile, hingga dipandang seperti refleksi trend inflasi periode menengah-panjang yang lebih tepat dibanding score inflasi khusus.

Ian Shepherdson dari Pantheon Macroeconomics menjelaskan, Data ini tidak menjelaskan apa-apa ke kita mengenai outlook pasca-COVID, yang awalannya bisa menjadi cerita pembangunan margin kembali di bidang layanan.

Shepherdson memandang posisi inflasi khusus ketahan oleh keruntuhan harga bahan bakar pesawat yang tidak berjalan lama dan peluang naik kembali pada bulan-bulan di depan. Namun, peningkatan pergerakan inflasi tidak cukup untuk investor, the Fed, atau dolar AS.

Dolar AS sudah kuat semenjak akhir Februari lalu sampai awalnya bulan ini karena harapan inflasi AS yang semakin tinggi dan menggerakkan peningkatan cepat dalam yield obligasi.

Tetapi, dengan harapan inflasi saat ini lebih rendah, yield obligasi AS kembali menerpa. Nilai ganti USD juga turut terbawa.

Meskipun begitu, beberapa riset masih percaya diri inflasi AS akan terus naik sampai menggerakkan bank sentra untuk meningkatkan suku bunga bisa lebih cepat.

Seperti diutarakan oleh Pukulan Knightley dari ING, Kami tidak se-rileks Jerome Powell yang minggu kemarin menjelaskan data inflasi tinggi cuman akan sementara dan jika inflasi rendah tidak memutar secara cepat.

Kami berpandangan jika inflasi bisa ada dalam waktu 2.5-3.5 % sepanjang sekian tahun di depan, yang mana bila pas maka menggerakkan yield obligasi berjangka panjang naik kembali.investor dan memberikan dukungan peningkatan.

 

Leave a Comment

Copyright © 2024. All Rights Reserved. DailyFX.ID
Peringatan Resiko: Trading Forex adalah Bisnis berisiko tinggi, anda bisa kehilangan semua uang deposit. Jangan Pernah invest jika anda tidak siap untuk rugi. DailyFX.ID tidak akan menerima tanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan sebagai akibat dari ketergantungan pada informasi yang terkandung dalam situs web ini termasuk data, kutipan, grafik, link pihak ketiga dan sinyal beli / jual. Harap pelajari dan pahami sepenuhnya mengenai risiko tertinggi terkait dengan perdagangan pasar keuangan.