Saat ini mata uang Euro melemah dan sangat terpukul melawan beberapa mata uang utama global lainnya termasuk Yen Jepang. Salah satu penyebabnya adalah kondisi pandemi virus Corona di kawasan Eropa yang terus memburuk dan belum ada tanda-tanda perbaikan sama sekali. Gelombang kedua diklaim bahkan lebih buruk dan tinggi dibandingkan gelombang pertama.
Banyak ahli yang memprediksi bahwa saat ini ekonomi kawasan Eropa berada pada risiko terjadi resesi ekonomi double dip. Melihat risiko perekonomian ini, mata uang Euro melemah dan membawa EURJPY masih dalam proyeksi penurunan yang dalam.
Italia Memberlakukan Lockdown Parsial
Dilansir dari Bloomberg, saat ini Italia memberikan persetujuan untuk memberlakukan batasan aktivitas warganya. Meskipun semua aktivitas bisnis masih diperbolehkan buka, namun diberlakukan batas jam operasional untuk menekan persebaran pandemi. Pemerintah juga meminta warganya agar tidak bepergian jika tidak darurat.
Tapi berdasarkan laporan terbaru ada langkah yang lebih keras diberlakukan sejak terakhir kalinya pada Mei kemarin. Pemerintah mulai hari Senin ini akan memberlakukan lockdown sampai dengan sepekan terakhir bulan November. Dari tempat lain, Spanyol juga memberi persetujuan untuk pembatasan jam aktivitas bisnis.
Dengan adanya langkah-langkah pemerintah untuk membatasi aktivitas, membuat ekonomi terancam jatuh lebih dalam lagi. Mengingat ekonomi kawasan Eropa pulih dengan tingkat kerapuhan yang tinggi. Hal ini juga bisa memaksa bank sentral Eropa untuk bertindak lebih longgar lagi untuk membantu ekonomi. Jika itu dilakukan tentunya akan membawa Euro melemah ekstrim.
Sisi EURJPY sendiri tetap dalam penurunan meskipun ada harapan pemangkasan proyeksi dari BoJ beberapa waktu ini. BoJ diprediksi akan memangkas harapan inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada pertemuan pekan ini. Tentunya apa saja yang disampaikan pada pertemuan itu bisa menjadi katalis penggerak bagi EURJPY selanjutnya.