Mata uang Euro menguat saat sesi awal Eropa dibuka di hari Selasa (3/11). Penguatan mata uang Euro ini pada akhirnya membantu pasangan EURUSD untuk terus berusaha menghapuskan bias bearish enam hari terakhir. Tapi para pelaku pasar dan investor global tampak melihat kenaikan yang lebih tinggi sangat sulit untuk bisa terjadi.
Beban utama yang menahan kenaikan adalah ketidakpastian pemilihan umum presiden AS yang berlangsung hari ini. Kemudian dari sisi lain, banyak negara yang melaporkan kenaikan kasus virus Corona gelombang kedua. Meningkatkan kekhawatiran masa depan ekonomi global yang bisa kembali terjun dalam. Di tengah semua bias negatif itu, saham berjangka AS mampu mencatatkan kenaikan dan dimanfaatkan oleh para pembeli mata uang Euro hari ini.
Risk On Berlaku Meski Tetap Hati-hati
Sebelumnya pasangan sempat berada di level paling rendah pada perdagangan tadi malam di 1,1622. Kemudian hari ini menutup penghalang yang berada di SMA 100 dalam harian berkisar pada 1,1660. Euro menguat mengambil manfaat ketika mata uang Dolar AS mencatatkan pelemahan yang signifikan. Sementara itu pembantu Euro mendominasi pergerakan adalah kenaikan 0,66% pada kontrak berjangka S&P 500 beberapa waktu terakhir.
Kemungkinan kenaikan sentimen risiko yang mengangkat sentimen pasar global terjadi setelah hasil jajak pendapat. Pada hasil jajak pendapat itu diprediksi bahwa Joe Biden akan memenangkan pemilihan presiden AS kali ini. Apalagi Biden akan menyuntikkan stimulus yang lebih besar lagi jika menang berhasil menang menjadi Presiden AS mengalah Trump.
Tapi secara luas Euro menguat saat ini membawa banyak sekali beban. Mengingat karena banyak negara di kawasan tersebut yang memberlakukan lockdown. Kebijakan itu pada akhirnya bisa membawa dampak buruk bagi ekonomi Eropa kedepannya. Beberapa rilis data dari Eropa yang ringan dan dari AS mungkin akan menawarkan harga dalam jangka pendek.