Pasangan mata uang GBPUSD hari ini mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai menuju ke sekitar nilai tukar 1,3637 saat sesi Asia Rabu (20/1). Penurunan ini telah membatalkan segala upaya bullish yang dibangun oleh mata uang Poundsterling Inggris beberapa hari terakhir. Beberapa masalah tampak membuat pasar global memilih menjauhi Pound untuk sementara waktu.
Masalah yang Membebani Pound
Ada serangkaian masalah yang membuat GBPUSD hari ini mencatatkan penurunan. Dilansir dari media The Guardian, ada kenaikan kasus kematian akibat pandemi. Kondisi jumlah kasus juga tampak belum mengalami penurunan yang begitu signifikan.
Nada risk off yang menyebabkan aksi penjualan Poundsterling Inggris juga diakibatkan kondisi pandemi global. Jerman akan memperpanjang masa lockdown sampai dengan 14 Februari mendatang. Kemudian banyak juga yang menaruh kekhawatiran ketika New York dan Kanada kekurangan pasokan vaksin virus Corona.
Beralih ke Brexit, PM Johnson menentang peluang Uni Eropa yang meminta perpanjang kesepakatan Brexit sampai April 2021. Dia mengatakan bahwa bagaimanapun juga kesepakatan Brexit harus di ratifikasi pada 28 Februari mendatang. Masalah lain tentang Brexit juga memancing nada risk off seperti Nelayan dan juga layanan jasa yang dirugikan.
Berpindah ke AS, sentimen pasar menerima guncangan pasca pidato yang disampaikan oleh Yellen kemarin. Meski tidak gamblang, dia memberi sebuah tanda kritikan atas rencana investasi China dan juga Presiden Trump.
Untuk arah GBPUSD hari ini, para pelaku pasar dan investor mungkin akan lebih fokus ke angka inflasi konsumen dari Inggris. Meskipun banyak yang ragu apakah data inflasi itu akurat atau tidak. Karena sampai saat ini banyak bisnis yang masih mengalami penutupan. Kemudian pasar juga akan berhati-hati menghadapi sentimen pasar menjelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS yang baru.