Mitos Umum dalam Trading Forex

Pernahkah kamu mendengar iklan tentang indikator holy-grail atau sinyal trading anti-loss? Banyak iklan seperti itu, tetapi nyatanya tak satu pun benar-benar memberikan hasil 100%. Kenapa orang-orang memercayainya? Hal itu karena adanya banyak mitos umum dalam trading forex yang menyesatkan pemula.

Kalau kamu bertrading forex dengan meyakini mitos yang salah, maka kamu juga akan mengikuti strategi dan target trading yang salah. Alhasil, kamu mungkin tidak akan mampu sukses meski sudah mengorbankan banyak modal. Oleh karenanya, coba cermati tujuh (7) mitos umum berikut ini. Semua mitos ini sebenarnya keliru.

Mitos Umum dalam Trading Forex

Mitos 1: Kamu bisa memperoleh profit cepat dari trading forex.

Banyak orang menganggap trading forex merupakan cara jadi kaya paling cepat dan instan dibanding investasi lain seperti saham, obligasi, atau reksa dana. Faktanya: trading forex memang menyediakan peluang profit lebih tinggi, tetapi profit dalam trading forex juga lebih sulit untuk diperoleh.

Kamu perlu belajar forex dari dasar dan berlatih dengan gigih agar bisa sukses dalam trading forex. Kalau langsung trading begitu saja, kamu mungkin akan segera mengecap kerugian. Trader pemula disarankan agar berlatih dulu pada akun demo selama sedikitnya sebulan. Setelah memahami seluk-beluk trading dan mampu menyusun strategi yang profitable, barulah menanamkan modal untuk trading pada akun riil.

Mitos 2: Trading forex hanya untuk jangka pendek (short-term).

Banyak orang membandingkan forex dengan saham. Konon katanya saham itu jangka panjang, sedangkan forex itu jangka pendek. Padahal itu keliru. Faktanya, trading forex bisa untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Baca Juga: Ini 7 Perbedaan Trading Forex dan Saham

Mayoritas trader forex memang berfokus pada jangka pendek dengan strategi scalping atau day-trading. Tapi ada pula trader forex jangka panjang yang mengombinasikan analisis fundamental dan strategi swing-trading. Banyak pula yang menggunakan trading forex sebagai sarana diversifikasi dari portofolio saham mereka.

Mitos 3: Pasar forex itu penuh rekayasa.

Mitos ini lahir dari banyaknya trader pemula yang merasa dirugikan oleh broker. Asumsi itu muncul karena mereka mengalami kerugian dan tidak paham mengapa mereka bisa rugi. Realitanya, pasar forex merupakan pasar keuangan berskala triliunan dolar AS yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun secara sepihak. Broker juga tidak punya sumber daya cukup besar untuk memelototi setiap trader-nya demi membobol yang mereka.

Contohnya ungkapan seperti ini, “Kenapa setiap open posisi pasti angkanya minus dulu?”. Hal itu sering dianggap pemula sebagai bukti bahwa broker forex melakukan rekayasa. Padahal, angka minus setelah open posisi itu muncul karena adanya spread (selisih harga bid/offer dengan harga pasar) yang bersifat wajar dan sudah terintegrasi dengan perdagangan forex global.

Asalkan kamu sudah memilih broker forex yang teregulasi dan punya reputasi bagus, kamu tak perlu khawatir terhadap rekayasa apa pun. Broker akan memenuhi kewajibannya dengan imbalan spread dan komisi sesuai perjanjian. Kamu cukup berfokus pada strategi trading dan manajemen risiko saja untuk memperoleh profit yang diinginkan.

Rekomendasi Broker Forex yang Teregulasi BAPPEBTI

Broker Info Bonus Open Account
logo broker forex Indonesia PT Finex Bisnis Solusi Futures Min Deposit: $10
Spread: Mulai dari 0.1 Pip
Leverage: 1:500
Regulation: BAPPEBTI
Visit Broker
PT. HFX Internasional Berjangka Min Deposit: 100 USD
Spread: mulai dari 0 pip
Leverage: 1:100
Regulation: BAPPEBTI
Visit Broker

Mitos 4: Peluang profit akan meningkat kalau kamu semakin sering trading.

Ada mitos yang terdengar ilmiah di pasar forex, mengaitkan trading dengan ilmu probabilitas. Hasilnya konon menyebutkan, kamu akan semakin mungkin meraih profit dengan membuka semakin banyak posisi trading. Alhasil, banyak pemula langsung menjalankan strategi scalping yang berisiko tinggi. Padahal, ini petunjuk menyesatkan.

Kesuksesan seorang trader forex tergantung oleh skill-nya sendiri. Skill ini mencakup penguasaan strategi dan alat trading, juga mencakup pemahaman terhadap pair mata uang yang diperdagangkan. Dengan kata lain, kamu akan lebih sukses jika berfokus mencari peluang trading yang benar-benar menguntungkan. Para trader profesional bahkan tak segan untuk stop trading sebentar jika mereka tidak menemukan peluang yang benar-benar bagus.

Mitos 5: Manajemen risiko artinya memasang stop loss (SL).

Kalau berbicara tentang manajemen risiko, kebanyakan pemula mengira itu artinya memasang stop loss (SL) atau trailing stop (TS). Padahal manajemen risiko tidaklah sesederhana itu. SL/TS itu penting, tetapi trader juga perlu mengelola risiko trading dengan melaksanakan banyak hal lain.

Salah satu strategi manajemen risiko dasar antara lain mengatur berapa persen dari modal yang akan dipergunakan untuk trading. Para trader pro biasanya hanya menggunakan 2-5% dari modal untuk trading dalam satu waktu. Sisanya akan dipergunakan untuk menahan posisi floating. Dari dana sebesar 2-5% dari modal itu nantinya akan dipecah lagi menjadi beberapa bagian kalau trader ingin open beberapa posisi trading dalam satu waktu.

Mitos 6: Kamu hanya bisa profit kalau semua analisis kita benar.

Ini adalah mitos yang mengakibatkan banyak pemula berpetualang mencari indikator holy-grail dan sinyal trading anti-loss. Padahal kita semua tahu bahwa pergerakan harga di pasar forex itu termasuk masa depan yang tidak dapat diperkirakan secara 100% akurat oleh siapa pun. Jadi, bagaimana mungkin kita memastikan analisis akan selalu benar!?

Kita memang bisa memperoleh profit jika prediksi benar. Tapi, kita tetap bisa profit meskipun tidak selalu benar. Umpamanya jika kamu menerapkan rasio risk/reward 1:2 dengan strategi trading yang memiliki win rate 40%. Pada setiap posisi trading, kamu memasang SL 20 pips dan TP 40 pips. Setelah trading sebanyak 100 kali, kamu tetap akan memperoleh laba bersih karena total profit (40×40=1600) lebih banyak dibanding total loss (20×60=1200).

Baca Juga: Teknik Compounding Forex Trading, $100 Jadi $10,000

Mitos 7: Modal trading forex lebih besar akan lebih mudah profit.

Mitos ini muncul karena adanya margin call. Pemula mengira bisa mempertahankan posisi floating lebih lama kalau punya modal lebih besar. Padahal, modal sebesar apa pun tidak akan melahirkan keuntungan apa-apa jika trader tidak menerapkan manajemen risiko dan money management.

Ambil contoh trader A punya modal 100 dolar AS dan leverage 1:100, kemudian ia trading dengan volume 0.01 lot per posisi trading dan tidak pernah membuka posisi trading lebih dari 2 dalam satu waktu. Ada pula trader B yang punya modal 1.000 dolar AS dan leverage 1:100, kemudian ia trading dengan volume 1 lot per posisi dan menjalankan strategi scalping. Menurutmu, trader mana yang akan loss lebih cepat? trader mana pula yang bakal profit lebih banyak?

Baca Juga: Rahasia Forex Trading untuk Selalu Profit Konsisten

Dengan asumsi kedua trader punya wawasan dan skill yang setara, maka trader A kemungkinan akan bertahan lebih lama dan meriah profit lebih banyak dibanding trader B. Salah satu kunci money management yang perlu diperhatikan oleh trader: pengaturan volume trading (lot) dan frekuensi open posisi. Berhati-hatilah dalam mengatur kedua hal ini, karena kerugian pemula seringkali berkaitan dengannya.

Nah, setelah menyimak ketujuh mitos di atas, adakah wawasan baru yang kamu dapatkan? Semoga wawasan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas trading kamu ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Salam profit!

Leave a Comment

Copyright © 2024. All Rights Reserved. DailyFX.ID
Peringatan Resiko: Trading Forex adalah Bisnis berisiko tinggi, anda bisa kehilangan semua uang deposit. Jangan Pernah invest jika anda tidak siap untuk rugi. DailyFX.ID tidak akan menerima tanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan sebagai akibat dari ketergantungan pada informasi yang terkandung dalam situs web ini termasuk data, kutipan, grafik, link pihak ketiga dan sinyal beli / jual. Harap pelajari dan pahami sepenuhnya mengenai risiko tertinggi terkait dengan perdagangan pasar keuangan.