Saat sesi Asia masih berlangsung di hari Kamis (22/4), pasangan USDJPY hari ini tampak bergerak turun menuju ke sekitar nilai tukar 108,00 atau kehilangan 0,10%. Aksi ini juga membuat pasangan menjauh dari titik paling tinggi dalam harian. Penurunan USDJPY sepertinya juga telah mengabaikan kenaikan yang tampak dari Nikkei 225 Jepang di tengah beberapa ancaman pandemi.
Sentimen Asia Suram
Memang sentimen Asia sendiri tampak lesu karena kekhawatiran pada masalah pandemi virus Corona. Karena dikhawatirkan akan ada pemberlakuan keadaan darurat ketiga kalinya di Tokyo dan beberapa wilayah lainnya. Sementara itu India melaporkan penambahan kasus yang besar dan menguji selera risiko di kawasan Asia hari ini.
Permasalahan yang terjadi antara China dan Australia juga terus membawa USDJPY hari ini dalam bias penurunan. Kedua rekan dagang ini dalam masalah ketika Australia menolak rencana Belt and Road China. Kemudian juga bergabung dengan beberapa masalah geopolitik lainnya termasuk konflik AS-China dan juga Rusia-Ukraina.
Beban tambahan yang mengirimkan USDJPY hari ini dalam penurunan adalah tidak adanya kejelasan pada rencana dana infrastruktur AS $2,25 Triliun. Selain itu sentimen pasar saat ini sedang dalam posisi yang sangat berhati-hati menjelang pertemuan utama ECB pada hari Kamis ini.
Dengan aksi dominasi Yen Jepang sebagai safe haven, melupakan semua optimisme yang dibangun pada hari Rabu. Karena BoC memangkas pembelian obligasi sampai 25% sebagai gambaran pemulihan ekonomi Kanada yang mengesankan.
Untuk hari ini pasar akan menantikan bagaimana hasil pertemuan kebijakan moneter dari ECB. Selain itu beberapa data utama AS juga akan disampaikan nanti malam. Data itu seperti klaim tunjangan pengangguran sepekan, data perumahan dan juga aktivitas nasional Fed Chicago. Berita pandemi dari Asia khususnya Jepang juga jadi fokus.