Saat sesi Asia berlangsung tadi pagi, pasangan mata uang USDCNH terlihat terpaksa memangkas beberapa bias kenaikan yang terjadi sebelumnya. Penguatan mata uang Yuan China hari ini membuat pasangan harus menjauh dari puncak harian di sekitar 6,7414 menuju ke 67170. Walaupun untuk hari Senin ini (12/10) pasangan masih mencatatkan kenaikan sebesar 0,38% setelah bangkit dari terendah 17 April 2019 kemarin.
Saat ini memang Yuan China sedang mengalami penguatan sangat signifikan melawan Dolar AS. Bahkan USDCNH juga berada ti titik paling rendah dalam hitungan tahunan. Kondisi ini menyebabkan China cukup terpukul mengingat negara itu basisnya adalah ekspor. Naiknya nilai tukar Yuan China menyebabkan persaingan harga sedikit kendor dan dibebani juga oleh ekonomi China yang masih melemah akibat pandemi.
Langkah PBoC Di Tengah Pandemi
Melihat kondisi ini, bank sentral China atau PBoC mengambil langkah untuk tidak lagi membebani lembaga keuangan menyisihkan uang tunai saat melakukan pembelian valuta asing bagi klien lewat forwards. Langkah yang sama sebenarnya pernah diambil pada bulan September 2017 lalu dan membawa Yuan China melemah sampai 2% dalam kurun waktu tiga pekan pasca kebijakan itu.
Dukungan Yuan China hari ini datang dari pernyataan Gubernur PBoC yaitu Yi Gang. Dilansir dari China Finance, Gang tidak akan mengambil kebijakan ultra longgar seperti yang diberlakukan negara Barat. Dia lebih memilih fokus pada harga konsumen dan nilai tukar yang stabil untuk membantu ekonomi China.
Bersama dengan semua berita ini, sepertinya arah sentimen risiko belum terlalu jelas. Yuan China masih bisa melemah ketika nada risk off hadir setelah proposal stimulus dari Trump tidak direspon oleh Nancy Pelosi. Namun pada kontrak berjangka S&P 500 mampu mencatatkan kenaikan ringan 0,10% meski risk off berlaku.