Pasangan mata uang USDJPY hari ini dibebani oleh aksi penjualan yang membawanya terjun menuju ke nilai tukar 110,50 atau kehilangan 0,06%. Bahkan seharusnya di hari Jumat ini (2/4) yang bertepatan dengan Jumat Agung, seharusnya volatilitas pasar cukup tipis. Sayangnya tantangan terhadap sentimen risiko dan penurunan yield Treasury AS telah membantu Yen Jepang mendominasi menjelang data NFP AS.
Katalis Campuran
Salah satu berita yang memicu penghindaran risiko adalah berita terbaru dari China. Beijing telah menghukum tujuh aktivitas veteran Hong Kong yang menyebabkan banyak negara marah. Kemenlu AS mengutuk langkah tersebut. Sementara Mitch McConnell meminat Presiden Biden mengumpulkan dukungan skala global. Sehingga bisa memberikan konsekuensi skala internasional yang kuat terhadap China.
Berpindah ke berita lain, ada laporan yang mungkin akan membatasi aksi USDJPY hari ini yang turun. Berita datang ketika pejabat kesehatan AS, A. Fauci mengatakan bahwa AS mungkin tidak perlu mendatangkan vaksin dari AstraZeneca. Meskipun sebenarnya vaksin itu juga sudah melewati proses untuk bisa digunakan di AS. Justru saat ini beban risiko datang ketika apakah pasokan vaksin AstraZeneca akan cukup meski AS akan menolaknya.
Kemudian pidato kemarin oleh Biden mengenai belanja pembangunan yang sudah usang dengan dana $2,25T tampaknya mendapat kritikan. Tapi bagaimanapun juga berita itu sempat membantu Wall Street dan indeks S&P 500 untuk naik.
Sayangnya USDJPY hari ini masih dihantam penurunan akibat risk off. Imbal hasil obligasi Treasury AS dalam 10 tahun, yang biasa membantu USD tampak turun menuju ke 1,67%. Sementara itu berikutnya pasar mungkin akan lebih memperhatikan dinamika sentimen risiko global. Data utama nanti malam pukul 19.30 WIB mengenai NFP akan menjadi penantian. Walaupun Jumat Agung akan membatasi volatilitas pedagang.