Pasangan mata uang USDJPY hari ini bergerak dengan stabil di sekitar nilai tukar 108,80. Pasangan hanya mampu berkonsolidasi sepanjang sesi Asia hari Selasa (23/3). Para pelaku pasar dan investor sepertinya juga telah melupakan katalis penggerak kemarin yaitu langkah terbaru Presiden Turki, Erdogan. Dia kemarin memutuskan mengganti Presiden bank sentral Turki dan menyebabkan kekhawatiran ketidakstabilan pasar keuangan.
Sementara itu pada saat yang sama, Dolar AS kesulitan untuk bergerak lebih tinggi melawan Yen Jepang. Walaupun sebenarnya dana pasar juga berpindah ke greenback. Penyebab aksi yang sulit itu adalah posisi imbal hasil obligasi Treasury AS yang menjadi lebih rendah hari Senin kemarin. konflik yang terjadi beberapa negara melawan China sepertinya turut berkontribusi menggerakkan USDJPY hari ini bersama yield Treasury AS.
Untuk sekarang, imbal hasil obligasi Treasury AS dalam tenor 10 tahun mengalami penurunan menuju ke 1,66% dari puncak sebelumnya di 1,69%. Sementara itu dalam tenor 2 tahun masih berhasil stabil pada level kurva 0,14%.
Para pelaku pasar dan investor di sekitar USDJPY hari ini mungkin akan terus mengawasi apa yang disampaikan anggota FOMC. Walaupun mungkin tidak akan menjadi sebuah pijakan yang baru dari apa yang disampaikan oleh anggota FOMC. Mengingat baru pekan lalu The Fed mengambil langkah kebijakan moneter terbarunya.
AS-China Memanas
Berpindah ke masalah geopolitik, pemerintah AS sedang dalam proses evaluasi pada konflik dengan China. Hal ini dilakukan setelah pertemuan di Alaska yang dinilai tidak menyenangkan. Salah satu masalahnya adalah pelanggaran HAM di Xinjiang.
Apalagi beberapa negara juga tampak senada dengan apa yang dilakukan oleh AS. Proses evaluasi yang dilakukan ini tentu membuat pasar akan sangat berhati-hati. Mengingat jika hubungan AS-China kembali panas akan berdampak luas ke ekonomi global.