Badai risk off pasar keuangan sepertinya terus meluas di sesi Asia hari Senin ini (29/3). Risk off juga telah menyeret pasangan USDJPY hari ini terjun menjauh dari titik paling tinggi dalam harian menuju 109,68. Para pelaku pasar dan investor merasa cukup takut dengan pandemi virus Corona di Eropa dan Australia yang kembali meluas. Selain itu masalah geopolitik global juga telah menyebabkan risk off semakin kuat.
Meskipun dihantam risk off yang menguntungkan Yen Jepang, pasangan tetap masih dalam kinerja kenaikan empat hari tanpa jeda. Sementara itu dari masalah dalam negeri Jepang, dilansir dari Reuters bahwa BoJ berharap kerangka kebijakan yang berlaku ini bisa digunakan sampai beberapa tahun mendatang untuk pedoman dasar pelonggaran kebijakan.
Ini membantu Yen bersama dengan laporan kebijakan lockdown terbaru di Queensland dan Brisbane Australia. Kawasan Eropa juga tampak belum melaporkan perkembangan positif gelombang ketiga pandemi virus Corona.
Perdagangan Global Kembali Mencekam
Risk off yang menyeret USDJPY hari ini semakin kuat ketika konflik perdagangan AS-China kembali meningkat. Walaupun USTR sendiri sebenarnya masih membuka peluang negosiasi masalah tarif yang berlaku untuk barang China. Belum selesai sampai disini, pemerintah China juga menghukum Australia dengan aturan terbaru untuk produk anggur asal negara Kanguru tersebut.
Penurunan USDJPY hari ini mungkin lebih mudah dipahami mengingat beberapa aset berisiko juga dalam penurunan. Indeks S&P 500 telah kehilangan sampai 0,44% dibandingkan level pembukaan tadi pagi. Penurunan USDJPY semakin meyakinkan ketika data inflasi AS kemarin dilaporkan dengan hasil yang mengecewakan.
Selanjutnya pasar mungkin akan lebih memperhatikan bagaimana dinamika sentimen risiko pasar global. Karena hari ini sangat minim katalis utama yang bisa menjadi penggerak. Mungkin laporan indeks manufaktur dari Fed Dallas nanti malam bisa membuka peluang jangka pendek.