Di sesi awal Asia hari Selasa (5/1), pasangan mata uang USDJPY hari ini bergerak tanpa kejelasan arah apapun. Pasangan bertahan di sekitar nilai tukar 103,10 sampai 103,15 dan berusaha mencari kejelasan arah pergerakan selanjutnya. Sebelumnya Yen Jepang mendominasi pergerakan dan membawa pasangan terjun sampai ke titik paling rendah dalam 10 bulan terakhir di hari Senin kemarin.
Salah satu pendorong penurunan USDJPY adalah kekhawatiran terhadap pandemi virus Corona yang kembali meningkat. Selain itu para pelaku pasar dan investor global tampak mengambil langkah yang hati-hati mendekati pemilihan umum kawasan Georgia. Namun beberapa waktu terakhir, Dolar AS kembali pulih dan saling tarik ulur melawan Dolar AS di sesi Asia.
Risk Off Lebih Mendominasi
Nada penurunan USDJPY hari ini didukung ketika adanya aliran risk off setelah Inggris memberlakukan lockdown nasional ketiga Tier 4 bersama Irlandia Utara. Kemudian di New York juga ditemukan kasus baru yang merupakan hasil mutasi virus Corona yang ditemukan di Inggris.
Bahkan salah satu profesor kedokteran dari Universitas Oxford yaitu John Bell mengatakan varian baru itu bukan dari Inggris, tapi Afrika Selatan. Dia menjelaskan ada risiko hasil mutasi itu kebal terhadap vaksin, karena ada perubahan penting dalam struktur protein lonjakan virus.
Nada risk off bisa membawa keuntungan bagi USDJPY hari ini setelah peluang pembatasan masuk di Jepang meningkat. Pemerintah mungkin akan melarang semua orang dari luar negeri yang datang ke Jepang. Mengingat negara itu mencatatkan penambahan kasus yang cukup besar beberapa hari terakhir.
Peluang dana stimulus AS yang semakin terbuka lebar setelah Senat AS dikuasai Demokrat juga bisa membawa Dolar AS menjadi lebih rendah lagi. Penurunan USDJPY bisa terbuka jika S&P 500 turun lebih dalam bersama beberapa aset berisiko lain.