Saat sesi awal Asia hari Rabu (18/11) pasangan mata uang USDJPY harus rela mengalami penurunan yang lebih dalam lagi. Yen Jepang menguat membawa pasangan terjun sampai 0,10% menuju ke nilai tukar terendah harian di 104,03. Beban dirasakan oleh sentimen risiko pasar ketika terjadi lonjakan kasus virus Corona di kawasan Jepang dan juga Amerika Serikat.
Selain itu pendukung Yen Jepang menguat juga datang dari data angka perdagangan yang sangat mengesankan. Selain itu para pembuat kebijakan juga siap untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya menghadapi pandemi virus Corona ini.
Kekhawatiran Gelombang Kedua Meningkat
Sebelumnya kawasan Eropa dan Amerika Serikat melaporkan penambahan kasus yang cukup besar. Bahkan saat ini Jepang juga melaporkan terjadi lonjakan kasus yang sangat besar. Sekretaris Kabinet yaitu Kato Katsunobu mengatakan siap untuk waspada menghadapi gelombang kedua pandemi. Berdasarkan laporan Kyodo News, jumlah kasus di Tokyo menjadi 34.932 atau naik 50 kasus dari sebelumnya di 34.888 sampai 16 November kemarin.
Dari sisi lain, Gubernur BoJ yaitu Kuroda mengumumkan adanya langkah bank daerah yang berada diluar jangkauan dari kebijakan moneter BoJ. Menteri Keuangan Taro Aso juga memberikan penawaran berupa subsidi sebagai salah satu pilihan menghadapi pandemi ini.
Faktor yang yang membantu Yen Jepang menguat mendominasi pergerakan adalah ketidakpastian dana stimulus dari AS. Bahkan beberapa aset berisiko seperti Nikkei 225 harus turun sampai 0,75% akibat risk off. Kontak berjangka S&P 500 juga mencatatkan kinerja negatif sampai 0,23%.
Untuk arah pergerakan pasangan USDJPY selanjutnya mungkin akan memperhatikan arah sentimen risiko global. Karena sangat sedikit sekali katalis yang mampu menjadi penggerak bagi pasangan USDJPY selanjutnya. Data tingkat kedua dari AS nanti malam mungkin akan menawarkan peluang jangka pendek.