Setelah mendominasi pergerakan sepanjang sesi Asia tadi pagi, Dolar AS melemah lagi dan kehilangan semua momentumnya. Pada akhirnya pergerakan indeks Dolar AS harus menjauh dari puncak paling tinggi terbarunya di atas 93,00. Hal ini membuat Dolar AS tidak mampu lagi menguat melawan beberapa mata uang utama global.
Fokus Masalah Politik dan Data
Sebelumnya Dolar AS menguasai pasar keuangan setelah ada berita terkait dana stimulus ekonomi AS. Ketua parlemen AS Nancy Pelosi mengatakan bahwa RUU Stimulus itu bisa disahkan sebelum dilangsungkannya pemilihan Presiden AS. Walaupun sebenarnya pasar ragu apakah RUU itu bisa lolos dari Senat AS yang berisi suara oposisi.
Selama dua sesi tanpa jeda di hari Jumat ini (23/10) Indeks Dolar AS mengalami pelemahan menjelang penutupan pekan. Indeks harus rela turun lagi ke bawah level harga 93,00 karena nada permintaan aset berisiko global yang menguat lagi. Permintaan mata uang berisiko memaksa aset safe haven Dolar AS melemah.
Sementara itu tadi pagi sesi debat calon Presiden AS yaitu Trump dan Biden juga gagal memberikan dorongan baru untuk pasar. Walaupun banyak yang memberikan pujian debat itu lebih baik dari yang sebelumnya. Jajak pendapat masih didominasi oleh calon Presiden AS dari Demokrat. Selain itu gelombang biru juga diprediksi akan memberikan dampak negatif bagi mata uang Dolar AS.
Dolar AS melemah saat ini akan bergantung pada rilis data ekonomi AS nanti malam. AS akan merilis data mengenai IMP sektor manufaktur dan jasa Markit. Data ini akan diperhatikan selain juga fokus pada masalah politik dalam negeri AS yang masih penuh ketidakpastian. Pembicaraan stimulus akan terus menjadi fokus perhatian karena menjadi katalis penggerak non-data.