Ketika sesi Asia masih berlangsung di hari Selasa (8/12), mata uang Poundsterling Inggris turun melawan Yen Jepang. Pelemahan itu telah menyeret pasangan GBPJPY menjadi lebih rendah lagi menuju ke bawah nilai tukar 139.00. Salah satu beban yang sangat mengganggu pergerakan Poundsterling adalah masalah Brexit.
Berdasarkan berita terbaru, peluang terjadinya kesepakatan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa sudah menghilang. Pasca meluasnya berita itu, Poundsterling Inggris turun menuju ke nilai tukar 138,88 atau mewakili penurunan 0,20%.
Berita negatif mengenai Brexit itu muncul ketika salah satu pejabat Inggris menyampaikan peringatan bahwa kesepakatan akan mengalami kegagalan. Hal itu bisa dihindari jika memang kedua belah pihak mau membuat kemajuan. Kemudian Jubir PM Boris menyampaikan pembicaraan kemungkinan akan berhenti pada tahun 2021 mendatang.
Sementara itu pada hari Senin kemarin, The Guardian memberitakan PM Boris akan melakukan perjalanan sebagai usaha memecahkan masalah ini. Hal itu mendorong optimisme bahwa kesepakatan Brexit bisa terjadi. Sayangnya GBPJPY gagal memanfaatkan berita tersebut dengan maksimal. Sehingga hanya mampu membantu Poundsterling Inggris memulihkan diri tidak begitu besar.
Konflik AS-China Kembali Panas
Bersama dengan berita negatif mengenai Brexit tersebut, Poundsterling Inggris turun saat ini juga diakibatkan oleh nada risiko yang lebih lemah. Konflik yang terjadi antara AS dan China kembali memanas setelah adanya langkah terbaru. Pemerintah AS dilaporkan memberlakukan sanksi terbaru bagi 14 pejabat asal China.
Kemudian masalah lain juga datang ketika Polisi Hong Kong berhasil menangkap oposisi kelas atas. Semua ini membuat nada risiko menjadi melemah. Bahkan kontrak berjangka S&P 500 harus rela dalam nada penurunan 0,30% akibat semua masalah yang membebani ini. untuk pergerakan GBPJPY tentunya akan terus fokus pada masalah Brexit. Kemudian arah sentimen risiko juga akan diperhatikan.