6 Faktor yang Mempengaruhi Naik-Turun Investasi

Faktor eksternal yang mempengaruhi investasi umumnya berkaitan dengan pihak-pihak di luar sistem investasi dan perusahaan yang mendapatkan dana segar tersebut. Beberapa di antaranya berkaitan dengan sistem perdagangan di dunia.

Misalnya saja kurangnya apresiasi terhadap mata uang Indonesia yakni rupiah dari negara-negara investor dengan nominal yang cukup tinggi seperti Korea Selatan, Hongkong, Jepang, dan Taiwan. 

Rupiah dianggap bernilai lebih rendah dibandingkan mata uang para investor tersebut sehingga modal yang dikeluarkan untuk berinvestasi cukup murah.

Atau, bisa juga karena sistem GSP atau generalized system of preferences telah dicabut dari negara-negara industri yang biasa menyokong perekonomian Indonesia. 

GSP sendiri adalah sistem jual-beli antarnegara di mana negara penyokong atau negara maju akan memberikan kemudahan dan izin kepada Indonesia untuk beberapa hal yang tergolong kepentingan umum dan ekonomi.

Beberapa kemudahan yang dimaksud seperti pembebasan atau penurunan tarif, bea masuk yang murah, diberikan kuota yang cukup banyak, diperlakukan dengan cepat hingga sistem pembayaran yang juga memudahkan Indonesia.

Apabila semua kemudahan dan izin yang tertulis di dalam GSP tersebut dicabut dari negara maju tersebut maka bukan tidak mungkin daya saingnya tidak lagi kompetitif seperti dahulu. Oleh karena itu, banyak negara maju yang akhirnya melakukan relokasi industri ke negara-negara berkembang untuk memajukan industri dari negara-negara tersebut.

Kasus lain ditemukan adalah biaya produksi yang semakin meningkat setiap tahunnya. Padahal, para investor yang ingin berinvestasi di negara berkembang seperti Indonesia memiliki pertimbangan kuat untuk melakukan produksi di negara berkembang tersebut adalah karena biaya produksi yang terbilang murah dibanding negara asal.

Namun, apabila biaya produksi seperti membayar gaji para karyawan yang semakin tinggi setiap tahunnya, tentu bisa membuat para investor angkat kaki dan mencari negara atau perusahaan lain.

Bagaimana bila investasi di negara sendiri? Adakah faktor eksternal yang mempengaruhi investasi kita? Secara spesifik, berikut ini adalah penjabaran faktor eksternal yang mempengaruhi investasi untuk setiap bagiannya.

1. Pahami perekonomian negara

Kini, bukan hanya para pengusaha sukses atau pengusaha dari luar negeri saja yang bisa melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kita sebagai rakyat biasa yang melek akan pentingnya investasi juga bisa berinvestasi.

Hal pertama yang harus dipahami adalah kondisi perekonomian negara kita. Perhatikan, saat ini, pemerintah sedang fokus atau gencar pada sektor bidang industri yang mana.

Misalnya, di saat pandemi seperti ini banyak mata tertuju pada sektor kesehatan. Kita bisa membeli saham atau berinvestasi pada bidang kesehatan seperti rumah sakit, klinik, apotek hingga bisnis alat kesehatan.

Contoh lainnya adalah bila pemerintah sedang gencar melakukan kampanye di sektor pariwisata. Kita bisa berinvestasi pada bisnis-bisnis di bidang penginapan dan perhotelan, tempat makan, atau biro perjalanan.

2. Pahami kondisi industri terkini

Saat mengetahui fokus pemerintah saat ini, sudah pasti hal selanjutnya yang terpikirkan adalah bagaimana kondisi industri tersebut saat ini.

Ambil contoh saja industri kesehatan seperti rumah sakit dan apotek. Apa benar industri tersebut sedang dilirik banyak orang dan menghasilkan profit yang maksimal? Salah satu caranya adalah dengan melihat seberapa banyak para investor yang mulai melirik industri tersebut.

Pasalnya, di negara berkembang, para investor hanya akan melakukan investasi pada industri yang sedang menjanjikan dan memberikan tingkat profit yang cukup tinggi dari hasil investasi mereka.

Akan tetapi, yang perlu diingat adalah kita harus selalu melek akan kondisi industri terkini.Pergantian industri ini sangat cepat dan tanpa sadar sedang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan performa suatu industri beberapa di antaranya adalah karena tekanan sosial atau titik jenuh.

3. Pelajari tentang tren industri

Sebagai seorang investor pemula yang sedang belajar menjadi investor profesional, kita jangan hanya berinvestasi pada satu bidang yang kita pahami saja. Sebab, perubahan tren industri terus berlangsung bahkan dalam waktu singkat.

Apalagi untuk investasi jangka pendek, kita justru benar-benar harus mempelajari dan memperhatikan tren secara berkala. Dengan begitu, kita jadi mudah memperkirakan harga aset investasi di masa yang akan datang.

Sekalipun, perkiraan harga aset investasi ini belum tentu akurat karena sifatnya hanya memperkirakan, setidaknya dari sana kita jadi belajar lebih mengenai dunia saham dan investasi, belajar melakukan eksperimen-eksperimen hingga belajar untuk mengambil keputusan atas investasi kita.

4. Berapa pajak yang harus dikeluarkan atas investasi?

Umumnya, negara akan membebankan pajak investasi pada investor dengan nominal yang berbeda-beda. Saat memutuskan untuk berinvestasi pada sektor industri tertentu, cari tahu juga berapa besaran pajak yang harus kita bayarkan nantinya. Sehingga, perkiraan harga aset dan profit di masa yang akan datang jadi lebih akurat.

5. Menentukan instrumen investasi tanpa memikirkan likuiditas

Mengetahui likuiditas atau kemampuan perusahaan dalam hal memenuhi kewajibannya sesuai jatuh tempo yang telah disepakati cukup penting. Banyak para investor yang menyepelekan hal ini. Mungkin karena mereka berniat untuk melakukan investasi jangka panjang.

Namun, bila kita ingin melakukan investasi jangka pendek, mengetahui likuiditas menjadi hal yang cukup penting. Apalagi dana investasi yang kita miliki terbatas dan dibutuhkan dalam waktu dekat, kita harus pintar-pintar memilih instrumen investasi yang likuid.

6. Penting, pahami investor seperti apa kita?

Investor tergolong ke dalam tiga tipe investor. Tipe investor pertama adalah investor yang berfokus hanya pada faktor risiko saat mengambil keputusan atas investasi atau risk indifferent atau risk neutral.

Tipe investor kedua adalah tipe investor yang risk seeker. Maksudnya adalah investor pada tipe ini lebih gemar mencari instrumen investasi dengan tingkat risiko yang tinggi untuk mendapatkan profit yang besar.

Tipe investor terakhir adalah risk averter, di mana para investor pada tipe ini hanya berfokus pada instrumen investasi yang aman dari fluktuasi harga berlebih. Para investor di golongan ini juga kurang menyukai instrumen dengan tingkat risiko yang tinggi.

Sementara itu, faktor usia juga mempengaruhi seperti bagaimana cara kita berinvestasi. Biasanya, para investor yang berusia sekitar 25 sampai 45 tahun akan memilih instrumen investasi high return high risk.

Justru di usia 45 sampai 65 tahun, para investor cenderung memilih instrumen investasi yang stabil. Sedangkan investor berusia di atas 65 tahun memilih instrumen investasi yang konservatif seperti reksadana atau obligasi.

Jadi, tipe investor seperti apa kita?

Leave a Comment

Copyright © 2024. All Rights Reserved. DailyFX.ID
Peringatan Resiko: Trading Forex adalah Bisnis berisiko tinggi, anda bisa kehilangan semua uang deposit. Jangan Pernah invest jika anda tidak siap untuk rugi. DailyFX.ID tidak akan menerima tanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan sebagai akibat dari ketergantungan pada informasi yang terkandung dalam situs web ini termasuk data, kutipan, grafik, link pihak ketiga dan sinyal beli / jual. Harap pelajari dan pahami sepenuhnya mengenai risiko tertinggi terkait dengan perdagangan pasar keuangan.